Dokter :
“sebaiknya saya langsung memberitahu orang tuamu saja”.
Pasien :
“memang saya sakit apa, dok?”.
Dokter :
“penyakitmu cukup serius”.
Pasien : “saya
janji, setelah sampai dirumah akan memberitahu orang tua saya, dok”. *memohon dikaki dokter sambil narik-narik
celananya. [Gak usah dibayangin!]
Dokter berkaca mata itu
sedikit ragu. Sambil beberapa kali melirik wajah pasiennya, dan melihat
selembar kertas hasil pemeriksaan kesehatan si pasien. Pasien yang datang
adalah seorang cewek. Dia masih SMA. Sungguh kasihan, dokter mengatakan ia
memiliki penyakit yang cukup serius. Ia mengumpulkan cukup banyak nyali untuk
mendatangi klinik kesehatan. Walau akhirnya, nyalinya menciut ketika ia
mendengar penyakit yang diderita. Beberapa hari yang lalu, ia pingsan di
halaman sekolahnya ketika jam istirahat. Bola basket yang sedang dimainkan
teman-teman cowoknya itu tiba-tiba mendarat dengan mulus mengenai kepala si
cewek malang. Selain hobi pingsan, si cewek juga sering mimisan. Entah, kutukan
apa yang menimpanya. Ia cantik, pandai, dan patuh dengan orang tuanya, tapi
wajah cantiknya sering terlihat pucat, tubuhnya lemas, dan mudah jatuh sakit.
Dokter : “hhmmmh,
leukemia. Kanker darah. Belum ditemukan obat untuk menyembuhkannya. Dan dari
tes ini, penyakitmu sudah sangat akut. Diperkirakan, usiamu hanya tinggal 3
bulan lagi”.
Pasien :
!@#$%^&*{-+
*mewek dikaki dokter sambil ngelap ingus. [Boleh dibayangin!]
Masih tercengang. Si
pasien cewek tak mampu berkata apapun. Ia menangis sesengukkan. Sebenarnya, pak
dokter sangat nggak tega memberitahu perihal penyakit tersebut. Namun, karna
desakan pasien yang terus menangis sambil narik-narik celana pak dokter yang
udah turun sampe bawah lutut, apa boleh buat. Dokter berkaca mata itu pun
mengumumkan penyakit leukemia di depan pasien SMA itu.
Bersambung…
Bukan bersambung, karena
aku nggak mau nerusin kisah sedih pasien cewek itu lagi. Harusnya aku nulis
tamat gitu kali yaa. Goblok!!. Oke, aku jelasin dikit aja deh. Itu, cuma
sedikit penggalan dialog [yang aku inget] antara dokter dan pasien. Hanya
fiktif belaka, dan tentu bukan kisah nyata. Dialog tersebut aku liat di FTV
siang SCTV, tapi maap aku lupa judulnya. Dan wagu-nya lagi, aku nggak nonton sampe habis FTV sedih itu. Gak tau
deh endingnya sedih ato seneng. Tapi, aku masih sempet tau, kalau si pasien
cewek bener-bener meninggal 3 bulan setelah dia periksa ke dokter. Sedih kan?
Sedih kan?. Aku curiga, jangan-jangan ini cuma ulah si dokter buat mencari
sensani di dunia entertainment doank. *iiuuhhh,
sesuatuk banget deh
Aku mau sedikit nebeng
(alias melu payu atau istilah di
dunia entertainment yaa nyari sensasi
gitu deh) atas kisah pasien di FTV itu. Sedikit sama kisahnya denganku, bedanya
cuma pasien di FTV itu kan cantik n pinter, kalo aku pas-pasan aja sih. Hobi
mimisan n sering pingsan. Aku paling nggak kuat disuruh berdiri lama-lama tanpa
melakukan gerakan bebas, contoh gampangnya pas upacara. Dari SD sampe sekarang
kuliah di PT, pingsan ketika upacara nggak pernah absen. Oke cukup, itu aja
dulu contoh kesamaan diriku dengan pasien di FTV. Gampang pingsan dan mimisan.
Oiyya ada satu lagi yang beda, kalo pasien di FTV menderita leukemia, sedangkan aku, menderita mamamia lezatos. *woolaa gendeng
FTV sialan itu bikin aku
ciut nyali, sama ciutnya ketika si pasien mendengar bahwa dirinya menderita
penyakit yang serius. Mana aku nggak tau endingnya secara jelas lagi, aku cuman
inget sampe si pasien cewek itu mati karna leukemia. Aku sempet nyari artikel
di internet tentang gejala leukemia dan resikonya. Lagi-lagi, mimisan dan
pingsan muncul. Sempet berniat pengen periksa kesehatan ke dokter, tapi karna
efek nonton FTV yang ternyata si pasien divonis hidupnya tinggal 3 bulan lagi,
maka aku membatalkan niat [tidak] bodoh itu. Aku sering pusing, mimisan,
badanku lemas, dan gampang capek. Bagiku, itu bukan penyakit yang serius, dan
aku lebih suka membeli obat di apotek daripada mesti berobat ke dokter. Selain
karna kalo ke dokter biayanya lebih mahal, obat yang dikasih pun juga gak bakal
aku habisin. Bukannya malas minum obat, tapi aku nggak bisa minum obat yang
berbentuk kapsul ato tablet ato pil pake air putih doank. Pokoknya mesti pake
pisang, dan kalo nggak punya pisang, aku sama sekali nggak berusaha buat nyari.
Toh nanti juga lama-lama sembuh sendiri. Hebat kan aku. *nepuk dada 3x sehari
Selama masa kuliah yang
hampir 3 tahun ini (udah semester enem
nih cwin), 2x aku diperiksa dokter. Yang pertama, di Rumah Sakit Dr. Oen
Solo, lokasinya gak jauh dari kosku. Yang kedua, di klinik Assalam Pabelan,
yang deket sama kampus UMS n Pondok Assalam itu lho. Yang kedua ini, baru 2
minggu yang lalu, dan aku harus menerima vonis bu dokter di klinik Assalam itu.
Sangat menyebalkan, tapi aku harus menerima kenyataan. Akan aku ceritakan kisah
lengkapnya dilain hari. Saat ini, aku malah teringat tikus yang mati dirumah 5
hari yang lalu gara-gara terperangkap Lem Tikus cap gajah yang aku beli di
Luwes Kartasura. Bukan aku yang masang perangkap lemnya, tapi masku. Sumpah!.
Apa cuman karna beli lem tikus aku termasuk menjadi tersangka kasus pembunuhan
berencana itu?. Tolong, kalo aku benar-benar menjadi buronan, jangan kasih tau
alamat kosku. Plisss!! Masih ada kisah selanjutnya nii..
No comments:
Post a Comment