Sunday, June 24, 2012

Sakit Apa, Dok?

-->
Dokter        : “sebaiknya saya langsung memberitahu orang tuamu saja”.
Pasien          : “memang saya sakit apa, dok?”.
Dokter        : “penyakitmu cukup serius”.
Pasien          : “saya janji, setelah sampai dirumah akan memberitahu orang tua saya, dok”. *memohon dikaki dokter sambil narik-narik celananya. [Gak usah dibayangin!]

Dokter berkaca mata itu sedikit ragu. Sambil beberapa kali melirik wajah pasiennya, dan melihat selembar kertas hasil pemeriksaan kesehatan si pasien. Pasien yang datang adalah seorang cewek. Dia masih SMA. Sungguh kasihan, dokter mengatakan ia memiliki penyakit yang cukup serius. Ia mengumpulkan cukup banyak nyali untuk mendatangi klinik kesehatan. Walau akhirnya, nyalinya menciut ketika ia mendengar penyakit yang diderita. Beberapa hari yang lalu, ia pingsan di halaman sekolahnya ketika jam istirahat. Bola basket yang sedang dimainkan teman-teman cowoknya itu tiba-tiba mendarat dengan mulus mengenai kepala si cewek malang. Selain hobi pingsan, si cewek juga sering mimisan. Entah, kutukan apa yang menimpanya. Ia cantik, pandai, dan patuh dengan orang tuanya, tapi wajah cantiknya sering terlihat pucat, tubuhnya lemas, dan mudah jatuh sakit.

Dokter         : “hhmmmh, leukemia. Kanker darah. Belum ditemukan obat untuk menyembuhkannya. Dan dari tes ini, penyakitmu sudah sangat akut. Diperkirakan, usiamu hanya tinggal 3 bulan lagi”.
Pasien          : !@#$%^&*{-+
                   *mewek dikaki dokter sambil ngelap ingus. [Boleh dibayangin!]
Masih tercengang. Si pasien cewek tak mampu berkata apapun. Ia menangis sesengukkan. Sebenarnya, pak dokter sangat nggak tega memberitahu perihal penyakit tersebut. Namun, karna desakan pasien yang terus menangis sambil narik-narik celana pak dokter yang udah turun sampe bawah lutut, apa boleh buat. Dokter berkaca mata itu pun mengumumkan penyakit leukemia di depan pasien SMA itu.
Bersambung…

Bukan bersambung, karena aku nggak mau nerusin kisah sedih pasien cewek itu lagi. Harusnya aku nulis tamat gitu kali yaa. Goblok!!. Oke, aku jelasin dikit aja deh. Itu, cuma sedikit penggalan dialog [yang aku inget] antara dokter dan pasien. Hanya fiktif belaka, dan tentu bukan kisah nyata. Dialog tersebut aku liat di FTV siang SCTV, tapi maap aku lupa judulnya. Dan wagu-nya lagi, aku nggak nonton sampe habis FTV sedih itu. Gak tau deh endingnya sedih ato seneng. Tapi, aku masih sempet tau, kalau si pasien cewek bener-bener meninggal 3 bulan setelah dia periksa ke dokter. Sedih kan? Sedih kan?. Aku curiga, jangan-jangan ini cuma ulah si dokter buat mencari sensani di dunia entertainment doank. *iiuuhhh, sesuatuk banget deh

Aku mau sedikit nebeng (alias melu payu atau istilah di dunia entertainment yaa nyari sensasi gitu deh) atas kisah pasien di FTV itu. Sedikit sama kisahnya denganku, bedanya cuma pasien di FTV itu kan cantik n pinter, kalo aku pas-pasan aja sih. Hobi mimisan n sering pingsan. Aku paling nggak kuat disuruh berdiri lama-lama tanpa melakukan gerakan bebas, contoh gampangnya pas upacara. Dari SD sampe sekarang kuliah di PT, pingsan ketika upacara nggak pernah absen. Oke cukup, itu aja dulu contoh kesamaan diriku dengan pasien di FTV. Gampang pingsan dan mimisan. Oiyya ada satu lagi yang beda, kalo pasien di FTV menderita leukemia, sedangkan aku, menderita mamamia lezatos. *woolaa gendeng

FTV sialan itu bikin aku ciut nyali, sama ciutnya ketika si pasien mendengar bahwa dirinya menderita penyakit yang serius. Mana aku nggak tau endingnya secara jelas lagi, aku cuman inget sampe si pasien cewek itu mati karna leukemia. Aku sempet nyari artikel di internet tentang gejala leukemia dan resikonya. Lagi-lagi, mimisan dan pingsan muncul. Sempet berniat pengen periksa kesehatan ke dokter, tapi karna efek nonton FTV yang ternyata si pasien divonis hidupnya tinggal 3 bulan lagi, maka aku membatalkan niat [tidak] bodoh itu. Aku sering pusing, mimisan, badanku lemas, dan gampang capek. Bagiku, itu bukan penyakit yang serius, dan aku lebih suka membeli obat di apotek daripada mesti berobat ke dokter. Selain karna kalo ke dokter biayanya lebih mahal, obat yang dikasih pun juga gak bakal aku habisin. Bukannya malas minum obat, tapi aku nggak bisa minum obat yang berbentuk kapsul ato tablet ato pil pake air putih doank. Pokoknya mesti pake pisang, dan kalo nggak punya pisang, aku sama sekali nggak berusaha buat nyari. Toh nanti juga lama-lama sembuh sendiri. Hebat kan aku. *nepuk dada 3x sehari 

Selama masa kuliah yang hampir 3 tahun ini (udah semester enem nih cwin), 2x aku diperiksa dokter. Yang pertama, di Rumah Sakit Dr. Oen Solo, lokasinya gak jauh dari kosku. Yang kedua, di klinik Assalam Pabelan, yang deket sama kampus UMS n Pondok Assalam itu lho. Yang kedua ini, baru 2 minggu yang lalu, dan aku harus menerima vonis bu dokter di klinik Assalam itu. Sangat menyebalkan, tapi aku harus menerima kenyataan. Akan aku ceritakan kisah lengkapnya dilain hari. Saat ini, aku malah teringat tikus yang mati dirumah 5 hari yang lalu gara-gara terperangkap Lem Tikus cap gajah yang aku beli di Luwes Kartasura. Bukan aku yang masang perangkap lemnya, tapi masku. Sumpah!. Apa cuman karna beli lem tikus aku termasuk menjadi tersangka kasus pembunuhan berencana itu?. Tolong, kalo aku benar-benar menjadi buronan, jangan kasih tau alamat kosku. Plisss!! Masih ada kisah selanjutnya nii..

No comments:

Post a Comment