"pie pie? wes di ACC?"
3 cewek kece memandangku ketika aku masuk ke ruang koleksi di perpustakaan dan menuju tempat mereka duduk. Salah satu dari mereka ngajuin pertanyaan yang aku tulis diatas.
"deloken rupaku! kiro-kiro tambah sumringah opo sedeh?"
Sedikit nahan tangis dan tawa, aku malah balik bertanya seperti itu. Iya, nahan nangis. Tapi sebenernya gak sampe mo nangis juga sih. Cuman ngelu aja, udah sejauh ini malah bu dosen nyuruh aku ganti judul skripsi. Kirain udah bakal mo di ACC gitu. Nahan tawa juga iya. Karna sangat konyol sekali kisah skripsi ini. Yang konyol aku kok, bukan bu dosennya.
Dosen pembimbing skripsiku seorang dosen perempuan. Sebut saja namanya bu Batik. Kenapa bu Batik? konon katanya beliau selain jadi dosen juga punya sampingan pekerjaan jual pakaian batik di Pasar Klewer. Sudah cukup berumur, tapi masih lincah. Lincah banget deh pokoknya. Kalo lagi jalan nih, beeeh.. semangatnya kayak sapi siap karapan gitu. Apalagi kalo udah ngomong. Tokek nyanyi lagu Indonesia Raya lewat deh.
Aku pernah punya pengalaman sangat memalukan di kelas terkait dengan bu Batik. Waktu semester I. Jamannya kuliah masih berwajah unyu-unyu. Bu Batik mengajar mata kuliah Antropologi. Suatu pagi di jam pertama kuliah, aku dan ke-3 temenku dateng terlambat. Mendekati pintu kelas, ternyata suara bu Batik nyaring terdengar. Pertanda kuliah udah mulai. Kita bingung. Takut. Statusnya masih Maru (Mahasiswa Baru), tapi masuk kuliah udah telat aja. Setelah terjerat dalam kebimbangan beberapa menit diluar kelas. Akhirnya si bocah cilik tengil mengajukan diri untuk menjadi orang terdepan memimpin rombongan yang telat masuk kelas.
"wez aku diseg ae lah sing mlebu"
Dengan songong si tengil mengetuk pintu kelas dan segera menghampiri bu Batik yang sedang pidato sambil memegang kertas materi kuliah di tangan kirinya.Doi menyalami bu Batik, dan bu Batik memberikan telapak tangan kanannya sambil pasang muka heran. Si tengil langsung menuju ke kursi belakang yang masih kosong. Namun, dalam perjalanannya sebelum duduk, bu Batik sempat berkata gini:
"Lain kalo kalau mau masuk langsung duduk aja ya! Gak usah salim."
Sontak kalimat nakal itu membuat tawa gaduh di kelas. Aku pun menahan tawa ketika membelakangi bu Batik dan berjalan menuju kursi kosong. Tapi aku masih beruntung, bu Batik bersedia memberikan tangannya waktu aku salim padanya. Katanya sih temen yang dibelakangku pas juga ikut-ikutan mau salim, tapi bu Batiknya enggak mau n keburu bilang kalimat yang tadi. Aku makin ngakak aja waktu bareng temen2 ngobrolin masalah di kelas itu.
Aku pikir kebiasaan bersalaman dengan guru/pengajar di bangku SMA itu juga masih berlaku di perguruan tinggi. Ternyata kebiasaan itu sudah tidak berlaku dan menjadi sangat memalukan ketika aku melakukannya. Yapp, itu adalah awal tindakan konyolku waktu pertama kali bertemu dengan bu Batik. Selanjutnya, kuliah semester 2 aku bertemu dengannya lagi di mata kuliah Sistem Politik Indonesia. Kemudian, semseter 5 di kelasku beliau mengajar Sosiologi Pariwisata. Sekarang, selain untuk kepentingan skripsi, setiap minggu aku pasti bertemu dengannya lagi di kuliah yang sama ketika aku semester 2. Dari pihak yang berwenang ternyata memilihkan bu Batik untuk menjadi dosen pembimbing skripsiku. Seorang dosen yang pertama kali aku cium tangannya di kelas. Dan dosen yang sempat menjadi bagian dari tindakan konyol si bocah cilik.
Solo, Kos Az-Zahra, 03 April 2013
Bocah cilik. . lakukan tanggung jawabmu
Gunakan waktu sebaik mungkin
No comments:
Post a Comment